Judul Buku : Who Moved My Cheese?
Pengarang : Spencer Johnson, M.D.
Penerbit : PT. Elex Media Komputindo
Halaman : 105
ISBN : 979-20-2425-5
Pengarang : Spencer Johnson, M.D.
Penerbit : PT. Elex Media Komputindo
Halaman : 105
ISBN : 979-20-2425-5
Who Moved My Cheese? adalah kisah tentang perubahan yang terjadi dalam sebuah Labirin dimana empat tokoh sangat menarik pergi mencari “Cheese”. Cheese
disini adalah perumpamaan akan hal-hal yang kita inginkan di dalam
hidup ini, baik pekerjaan, hubungan baik, uang, pengakuan, ketentraman
batin atau bahkan kegiatan seperti lari pagi atau golf.
Empat tokoh imajiner dalam cerita ini yaitu :
Si tikus :
“Sniff (Endus)” – yang mampu mencium adanya perubahan dengan cepat
“Scurry (Lacak)” – yang segera bergegas mengambil tindakan
“Scurry (Lacak)” – yang segera bergegas mengambil tindakan
Si kurcaci :
“Hem (Kaku)” – yang menolak serta mengingkari adanya perubahan karena takut perubahan akan mendatanngkan sesuatu yang buruk
“Haw (Aman)” – yang baru mencoba beradaptasi jika ia melihat perubahan mendatangkan sesuatu yang lebih baik
“Haw (Aman)” – yang baru mencoba beradaptasi jika ia melihat perubahan mendatangkan sesuatu yang lebih baik
Keempat tokoh tersebut mewakili bagian dari diri
kita, yang sederhana dan rumit. Kita akan lebih beruntung jika kita
bertindak secara sederhana dalam menghadapi perubahan.
“Labirin” mewakili tempat dimana Anda menghabiskan
waktu untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan. Bisa jadi berupa
perusahaan dimana Anda bekerja, lingkungan masyarakat dimana Anda
tinggal, atau hubungan baik yang telah Anda bina sampai saat ini.
Dalam
cerita ini akan ditemukan bahwa kedua ekor tikus lebih bisa menghadapi
perubahan yang terjadi, karena mereka tidak memperumit permasalahan.
Sedangkan kedua otak canggih dan emosi manusiawi para kurcaci
mempersulit keadaan yang ada. Hal ini bukan karena tikus lebih pintar
dari manusia.
Ceritanya adalah sebagai berikut :
Suatu ketika di zaman dulu, hidup empat tokoh yang berlarian di dalam labirin mencari cheese untuk kesejahteraan dan kebahagiaan mereka.
Dua
diantaranya adalah tikus yang bernama “Sniff” dan “Scurry”, dua lainnya
adalah kurcaci sebesar tikus yang berpenampilan dan bertingkah laku
sama seperti manusia pada saat ini. Namanya adalah “Hem” dan “Haw”.
Karena
ukuran mereka yang kecil, dengan mudah terlewatkan apa yang sedang
mereka lakukan. Namun jika kita lihat lebih dekat, Anda akan menemukan
hal yang sangat luar biasa!
Setiap hari tikus dan kurcaci tersebut menghabiskan waktu mereka di dalam labirin mencari cheese kesukaan mereka.
Tikus-tikus,
Sniff dan Scurry, yang hanya mampu berpikir sejauh otak binatang
pengerat itu berpikir namun dikaruniai naluri yang baik, mencari cheese keras berlubang-lubang sama seperti yang dilakukan tikus-tikus lainnya.
Sementara itu kedua kurcaci, Hem dan Haw, menggunakan otak mereka, yang dipenuhi dengan berbagai dogma dan emosi, mencari Cheese yang berbeda, yaitu Cheese dengan C besar, yang mereka percaya sebagai pembawa kebahagiaan dan kesuksesan.
Namun meskipun berbeda, kurcaci dan tikus mempunyai hal-hal yang sama : Setiap pagi masing-masing akan mengenakan pakaian jogging dan sepatu lari mereka, meninggalkan rumah kecil mereka, berlomba lari menuju labirin mencari cheese favorit mereka.
Labirin tersebut terdiri dari lorong panjang berkelok-kelok dan ruang-ruang yang beberapadiantaranya berisi cheese
yang lezat. Namun demikian ada pula sudut-sudut gelap dan jalan tak
bertuan yang menyesatkan. Sehingga mudah sekali bagi siapa saja tersesat
di dalamnya.
Sementara itu, bagi mereka yang telah menemukan jalan, terdapat rahasia-rahasia yang membuat mereka bisa hidup senang.
Tikus-tikus, Sniff dan Scurry, menggunakan metode trial and error dalam mencari cheese.
Mereka berlari ke satu lorong dan jika ternyata kosong, mereka akan
berbalik dan mulai mencari di lorong yang lain. Mereka mengingat lorong
mana saja yang tidak menyimpan cheese dan dengan cepat pindah ke daerah lain.
Sniff bertugas melacak jejak cheese
dengan mengendus-endus menggunakan hidungnya yang hebat, sedang Scurry
yang akan berlari terlebih dulu. Seperti dugaan Anda, mereka pernah juga
salah arah dan sering menabrak tembok. Namun tak lama kemudian mereka
akan menemukan kembali jalan yang benar.
Sama
seperti tikus, kedua kurcaci, Hem dan Haw, juga menggunakan kemampuan
berpikir dan belajar dari pengalaman mereka. Namun mereka bergantung
pada otak mereka yang kompleks dalam mengembangkan metode menemukan Cheese.
Kadang
mereka berhasil, namun sering kali kepercayaan dan emosi manusiawi
mereka yang kuat mengambil alih dan mengaburkan cara mereka melihat
suatu permasalahan. Hal itu menyebabkan hidup di labirin menjadi semakin
rumit dan penuh tantangan.
Walaupun begitu
mereka semua, Sniff, Scurry, Hem dan Haw menemukan dengan cara
masing-masing dalam mencari apa yang mereka inginkan. Pada suatu hari,
mereka menemukan cheese kesukaan mereka di salah satu ujung lorong Cheese Station C.
Setelah itu, setiap pagi para tikus dan kurcaci segera memakai perlengkapan lari mereka dan langsung berlari menuju Cheese Station C. Tak lama kemudiian hal itu menjadi kegiatan rutin mereka.
Sniff
dan Scurry tetap dengan kebiasaan bangun pagi mereka dan langsung
berlari ke dalam labirin, dan selalu mengikuti rute yang sama.
Begitu
sampai di tujuan, mereka menanggalkan sepatu lari dan mengikat kedua
talinya, lalu mengalungkannya di leher sehingga memudahkan mereka
memakainya saat memerlukannya nanti. Kemudian mereka menikmati cheese.
Pada awalnya Hem dan Haw juga berlarian ke Cheese Station C setiap pagi untuk menikmati potongan Cheese baru yang lezat yang telah menunggu mereka.
Namun
setelah beberapa saat kebiasaan para kurcaci berubah. Sekarang, Hem dan
Haw bangun sedikit lebih siang, berpakaian sedikit lebih lama dan
kemudian baru berjalan ke Cheese Station C. Sekarang mereka sudah tahu dimana letak Cheese Station C dan jalan menuju ke sana.
Mereka tidak tahu dari manna datangnya Cheese itu dan siapa yang menempatkannya disana. Mereka hanya berasumsi bahwa Cheese itu pasti ada disana.
Setiap pagi, begitu Hem dan Haw sampai di Cheese Station C,
mereka segera masuk dan berlaku seolah-olah di rumah sendiri. Mereka
menggantung pakaian lari, melepas sepatu dan menggantikannya dengan
sandal. Mereka merasa sangat nyaman saat ini karena telah menemukan Cheese.
“Ini luar biasa,” kata Hem. “Tersedia cukup banyak Cheese untuk kita selamanya.” Kurcaci-kurcaci itu merasa bahagia dan sukses, serta berpikir bahwa sekarang mereka sudah aman.
Segera sesudah itu Hem dan Haw menganggap Cheese yang mereka temukan di Cheese Station C adalah milik mereka. Tempat itu seperti toko Cheese
yang luas dan mereka pun segera memindahkan rumah mereka lebih dekat ke
sana dan mulai membangun kehidupan social di sekitarnya.
Supaya lebih nyaman, Hem dan Haw menghias dinding-dinding tempat itu dengan berbagai pepatah bahkan menggambar gambar Cheese di sekelilingnya yang membuat mereka tersenyum. Salah satunya tertulis :
Memiliki Cheese membuat Anda bahagia.
Kadang, Hem dan Haw mengundang teman-teman mereka untuk mengagumi tumpukan Cheese di Cheese Station C. Sambil menunjuk ke tumpukan itu dengan bangga, mereka berkata, “Cheese yang cantik, bukan?” Terkadang mereka membagikannya kepada rekan mereka, tapi kadang juga tidak.
“Kami berhak mendapatkan Cheese ini,” kata Hem lagi. “Kami harus bekerja keras dan lama untuk menemukannya.” Ia mengambil sepotong kecil Cheese segar lalu memakannya.
Setelah
itu Hem pun tertidur, seperti kebiasaannya. Setiap malam para kurcaci
berjalan perlahan menuju tempat tinggal mereka dengan membawa tumpukan
penuh Cheese, dan paginya dengan yakin mereka akan kembali lagi untuk mengambil lebih banyak lagi.
Hal
itu berjalan sampai beberapa saat. Dalam waktu singkat keyakinan Hem
dan Haw pun berubah menjadi kesombongan akan keberhasilan mereka. Segera
mereka terjebak dalam kenyamanan sehingga tidak menyadari apa yang
sedang terjadi.
Sementara waktu berlalu.
Sniff dan Scurry tetap melakukan kegiatan rutin mereka. Mereka tiba
pagi-pagi sekali, mengendus, mencakar dan melacak daerah sekitar Cheese Station C, mereka melihat apakah ada perubahan yang terjadi dibandingkan kemarin. Baru kemudian mereka duduk dan memakan cheese.
Suatu pagi mereka tiba di Cheese Station C dan melihat tidak ada lagi cheese di sana. Mereka tidak heran sama sekali. Karena Sniff dan Schurry sudah memperhatikan bahwa simpanan cheese
tersebut semakin hari semakin menipis belakangan ini. Mereka sudah siap
dengan keadaan ini, dan secara insting tahu apa yang harus mereka
lakukan.
Mereka saling melihat, melepaskan
sepatu lari yang mereka ikat dan digantungkan di leher, kemudian
mengenakannya, lalu mengencangkan tali pengikatnya. Tikus tidak
melakukan analisis yang berlebihan. Bagi tikus, masalah dan pemecahannya
sama sederhananya. Situasi di Cheese Station C sudah berubah. Maka Sniff dan Scurry memutuskan untuk berubah juga.
Mereka
berdua mencarinya kembali di dalam labirin. Sniff pun mulai mengangkat
hidungnya, mengendus dan menganggukan kepalanya kearah Scurry, yang
dengan cepat segera berlari masuk ke dalam labirin sementara Sniff
mengikutinya dari belakang secepat ia bisa. Dengan cepat mereka
berangkat untuk mennemukan Cheese baru.
Siangnya, masih pada hari yang sama, Hem dan Haw tiba di Cheese Station C. Mereka tidak memperhatikan perubahan-perubahan kecil yang terjadi setiap hari, sehingga mereka merasa yakin bahwa Cheese mereka pasti ada di sana. Mereka tidak siap menghadapi kenyataan di depan mereka.
“Apa?! Tidak ada Cheese?!” teriak Hem. Kemudian ia terus berteriak-teriak, “Tidak ada Cheese? Tidak ada Cheese?” seolah-olah jika ia berteriak sekeras mungkin seseorang bakal menngembalikan Cheese-nya.
“Who Moved My Cheese?” teriaknya. Akhirnya, sambil berkacak pinggang, wajahnya berubah merah padam, ia pun meraung keras sekali, “Ini tidak adil!”.
Haw hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Ia pun juga merasa yakin pasti menemukan Cheese di Cheese Station C. Ia berdiri di sana lama sekali, terpaku karena terguncang. Ia samma sekali tidak siap menghadapi hal ini.
Hem
meneriakkan sesuatu, namun Haw tidak ingin mendengarkannya. Ia tidak
mau menghadapi apa yang sedang terjadi, ia pun berusaha
menyingkirkannya.
Tindakan para kurcaci sangat tidak menarik dan tidak produktif namun bisa dipahami.
Menemukan Cheese
bukan pekerjaan mudah dan bagi para kurcaci lebih besar lagi artinya
dibandingkan dengan hasil yang hanya bisa dimakan setiap hari.
Menemukan Cheese adalah cara memenuhi pemikiran mereka bahwa mereka berhak untuk bahagia. Bagi para kurcaci Cheese mempunyai arti lebih, tergantung dari rasanya.
Bagi sebagian dari mereka, menemukan Cheese berarti menemukan hal-hal yang bersifat material, bagi yang lainnya bisa berupa hidup sehat atau mencapai kepuasan spiritual.
Bagi Haw, menemukan Cheese
berarti menemukan rasa aman, mempunyai keluarga yang saling mencintai
suatu hari nanti dan tinggal di rumah yang nyaman di Cheddar Lane.
Sedangkan bagi Hem, Cheese akan menjadi Cheese
Besar (alat pengaruh) yang digunakannya untuk mempengaruhi orang lain
dan untuk memiliki rumah besar di daerah elit, Camembert Hill.
Karena Cheese
sangat berarti bagi mereka, kedua kurcaci tersebut memerlukan waktu
yang lebih lama untuk memutuskan apa yang harus mereka lakukan. Hal yang
bisa mereka pikirkan hanyalah tetap mencari-cari di sekitar Cheese Station C untuk memastikan bahwa Cheese tersebut memang benar-benar sudah lenyap.
Sementara Sniff dan Scurry bergerak dengan cepat. Hem dan Haw hanya mengomel dan termenung-menung saja.
Mereka
mengutuk dan memprotes ketidakadilan yang terjadi. Haw merasa sangat
tertekan. Apa yang akan terjadi jika besok pun tidak ada Cheese disini? Ia harus membuat rencana ke depan berdasarkan kejadian Cheese ini.
Para
kurcaci masih belum percaya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Tak ada satu
orang pun yang memberi peringatan kepada mereka. Ini tidak benar. Hal
ini tidak biasanya terjadi.
Malam itu Hem dan Haw pulang ke rumah dalam keadaan lapar dan gundah. Namun sebelum mereka pergi, Haw menulis di dinding :
Semakin Penting Arti Cheese bagi Anda Semakin Ingin Anda Mempertahankannya.
Keesokan harinya Hem dan Haw meninggalkan rumah mereka dan kembali ke Cheese Station C lagi, dengan harapan siapa tahu, bisa menemukan Cheese mereka.
Situasinya tidak berubah. Cheese
itu sudah tidak ada lagi di sana. Para kurcaci tidak tahu harus berbuat
apa. Hem dan Haw hanya berdiri saja di sana, seperti dua buah patung.
Haw
menutup matanya rapat-rapat dan menutupkan tangan ke telinganya. Ia
hanya ingin menyingkirkan semuanya. Ia tidak mau tahu bahwa simpanan Cheese-nya semakin berkurang. Ia yakin bahwa Cheese-nya diambil semuanya sekaligus secara tiba-tiba.
Hem
mengannalisa situasi tersebut berkali-kali sampai akhirnya otaknya yang
canggih dan system kepercayaannya yang besar mengambil alih.
“Mengapa
mereka memperlakukan aku seperti ini?” tuntutnya. “Apa yang sebenarnya
terjadi di sini?”
Akhirnya Haw membuka
matanya, melihat sekeliling ruangan dan berkata, “Ngoomong-omong, kemana
Sniff dan Scurry? Apakah mereka tahu sesuatu yang tidak kita ketahui?”
“Apa
yang mereka ketahui?” kata Hem sinis. Lanjut Hem, “Mereka Cuma tikus
biasa. Mereka hanya merespon apa yang terjadi. Kita adalah kurcaci. Kita
lebih pintar dari tikus-tikus itu. Kita harus mampu menemukan jawaban
terhadap apa yang telah terjadi.”
“Aku tahu,
kita lebih pinta,” kata Haw, “namun tampaknya kita tidak bertindak lebih
pintar saat ini. Situasi di sini telah berubah Hem. Mungkin kita perlu
berubah dan melakukan hal yang berbeda.”
“Mengapa
kita harus berubah?” tanya Hem. “Kita kurcaci. Kita beda. Hal semacam
ini tidak selayaknya menimpa kita. Atau jika terjadi, setidaknya kita
mendapatkan keuntungan darinya.”
“Mengapa kita harus mendapatkan keuntungan?” tanya Haw.
“Karena kita berhak,” kata Hem mantap.
“Berhak atas apa?” kata Haw ingin tahu.
“Kita berhak atas Cheese kita.”
“Mengapa?” tanya Haw lagi.
“Karena, bukan kita yang menyebabkan bencana ini,” kata Hem. “Ini disebabkan oleh orang lain, maka kita harus mencari tahu.”
Haw mengusulkan, “Mungkin sebaiknya kita berhenti menganalisa situasi ini dan mulai pergi mencari Cheese baru.”
“Oh, tidak,” debat Hem. “Aku akan mencari akar permasalahannya.”
“Mengapa kita harus mendapatkan keuntungan?” tanya Haw.
“Karena kita berhak,” kata Hem mantap.
“Berhak atas apa?” kata Haw ingin tahu.
“Kita berhak atas Cheese kita.”
“Mengapa?” tanya Haw lagi.
“Karena, bukan kita yang menyebabkan bencana ini,” kata Hem. “Ini disebabkan oleh orang lain, maka kita harus mencari tahu.”
Haw mengusulkan, “Mungkin sebaiknya kita berhenti menganalisa situasi ini dan mulai pergi mencari Cheese baru.”
“Oh, tidak,” debat Hem. “Aku akan mencari akar permasalahannya.”
Sementara
Hem dan Haw masih mencoba memutuskan apa yang akan mereka lakukan,
Sniff dan Scurry telah menemukan jalan mereka. Mereka masuk jauh ke
dalam labirin, keluar masuk lorong dan koridor yang ada, mencari cheese di setiap Cheese Station yang mereka temukan. Mereka tidak memikirkan hal-hal lain selain mencari Cheese Baru.
Memang, mereka tidak langsung menemukan cheese selama beberapa waktu, sampai akhirnya tiba di suatu bagian labirin yang belum pernah mereka datangi sebelumnya : Cheese Station N.
Mereka memekik kegirangan. Mereka menemukan apa yang mereka cari-cari : persediaan Cheese Baru yang sangat banyak.
Mereka tidak bisa mempercayai penglihatan mereka. Tempat itu adalah toko cheese terbesar yang pernah dilihat oleh para tikus.
Sementara itu, Hem dan Haw masih kembali ke Cheese Station C untuk mengevaluasi keadaan mereka. Mereka sekarang mulai menderita karena kelangkaan Cheese. Mereka menjadi putus asa dan saling menyalahkan satu sama lain sebagai penyebab penderitaan mereka.
Sering kali Haw memikirkan rekan tikus mereka, Sniff dan Scurry, serta bertannya-tanya apakah mereka sudah menemukan cheese
atau belum. Ia yakin sekali mereka juga mengalami masa-masa yang sulit
karena berlarian di dalam labirin yang tidak sedikit pun menjanjikan
kepastian. Namun, ia juga tahu bahwa keadaan semacam itu hanya akan
berlangsung sementara.
Terkadang, Haw membayangkan Sniff dan Scurry telah menemukan Cheese Baru dan sedang menikmatinya. Ia membayangkan mungkin sebaiknya ia juga berlarian berpetualang lagi di labirin dan menemukan Cheese Baru yang masih segar. Ia bahkan hampir bisa merasakannya.
Semakin jelas Haw melihat gambaran dirinya menemukan dan menikmati Cheese Baru, semakin kuat pula dorongan dari dalam dirinya untuk meninggalkan Cheese Station C.
“Ayo kita pergi!” teriaknya tiba-tiba.
“Tidak,” balas Hem dengan cepat. “Aku senang di sini. Nyaman. Kita sudah kenal. Di samping itu di luar sana sangat berbahaya.”
“Sama sekali tidak,” bantah Haw. “Kita sudah menjelajahi banyak tempat sebelumnya, kita bisa melakukannya lagi.”
“Aku sudah terlalu tua untuk itu,” kata Hem. “Dan aku takut, aku tidak ingin tersesat dan mengolok-olok diri sendiri. Kamu juga kan?”
“Tidak,” balas Hem dengan cepat. “Aku senang di sini. Nyaman. Kita sudah kenal. Di samping itu di luar sana sangat berbahaya.”
“Sama sekali tidak,” bantah Haw. “Kita sudah menjelajahi banyak tempat sebelumnya, kita bisa melakukannya lagi.”
“Aku sudah terlalu tua untuk itu,” kata Hem. “Dan aku takut, aku tidak ingin tersesat dan mengolok-olok diri sendiri. Kamu juga kan?”
Mendengar itu, ketakutan Haw akan kegagalan pun muncul kembali dan harapannya untuk menemukan Cheese Baru pun surut.
Jadi, setiap hari mereka tetap melakukan hal-hal yang biasa mereka lakukan selama ini. Mereka pergi ke Cheese Station C, tidak menemukan Cheese, lalu pulang ke rumah, dalam keadaan khawatir dan putus asa.
Mereka
berusaha menolak kenyataan yang terjadi, namun hal itu mmalah membuat
mereka sulit tidur, sehingga membuat mereka kehilangan tenaga pada
keesokan harinya dan menjadi semakin mudah tersinggung.
Rumah
mereka bukan lagi tempat peristirahatan bagi mereka seperti sebelumnya.
Mereka sulit tidur dan sering mimpi buruk tentang tidak menemukan Cheese sama sekali. Namun, Hem dan Haw tetap saja kembali ke Cheese Station C dan menunggu di sana setiap hari.
Menurut Hem, “Tahu tidak, jika saja kita bekerja lebih keras lagi kita akan menemukan bahwa tidak ada perubahan besar. Cheese itu mungkin saja ada di dekat kita. Mungkin mereka menyembunyikannya di balik dinding.”
Keesokan
harinya, Hem dan Haw kembali dengan membawa peralatan. Hem membawa
pahat, sementara Haw memukul-mukulkan palu sampai mereka membuat lubang
di dinding Cheese Station C. Mereka mengintip ke ddalamnya, namun tetap tidak menemukan Cheese.
Mereka
kecewa namun masih yakin bahwa mereka bisa memecahkan masalah itu. Maka
mereka mulai bekerja lebih pagi, tinggal lebih lama dan bekerja lebih
keras. Namun setelah beberapa lama mereka bekerja, yang mereka dapatkan
hanyalah lubang besar di dinding.
Haw mulai menyadari adanya perbedaan besar antara aktivitas dan produktivitas.
“Mungkin,” kata Hem, “kita sebaiknya duduk dulu dan melihat apa yang akan terjadi. Cepat atau lambat mereka pasti akan menaruh cheese itu lagi di sini.”
Haw
sangat ingin mempercayainya. Maka setiap hari ia pulang ke rumah hanya
untuk beristirahat dan kembali dengan enggan bersama Hem ke Cheese Station C. Namun Cheese tidak pernah muncul lagi.
Saat
itu mereka menjadi semakin lemah karena lapar dan tertekan. Haw mulai
bosan menunggu dan berharap akan adanya perubahan situasi. Ia mulai
menyadari semakin lama mereka berada dalam keadaan tanpa Cheese, keadaan mereka akan bertambah parah.
Haw tahu mereka sudah sampai pada batas kekuatan dan kesabaran mereka.
Akhirnya,
pada suatu hari Hawmnertawakan dirinya sendiri. “Haw (ha), Haw (ha),
lihatlah keadaan kita. Kita tetap melakukan hal yang sama terus menerus
dan bertanya-tanya mengapa keadaan tidak bertambah baik. Jika ini tidak
bisa dibilang konyol, pasti ada istilah yang lebih lucu lagi.”
Haw tidak menyukai ide untuk berlarian lagi di labirin, karena ia tahu akan tersesat dan tidak tahu dimana ia akan menemukan Cheese. Namun ia harus menertawakan kebodohannya, dan bagaimana rasa takutnya telah mempermainkan dirinya.
Ia
bertanya kepada Hem, “Di manakah kita meletakkan sepatu lari kita?”
Butuh waktu lama untuk menemukannya, karena mereka telah memindahkan
barang-barang saat menemukan Cheese mereka di Cheese Station C, dan menurut mereka, saat itu, tidak akan memerlukan sepatu itu lagi.
Ketika
Hem melihat rekannya mulai mengenakan peralatan larinya, ia berkata,
“Kamu tidak serius akan berlarian di dalam labirin lagi, kan? Mengapa
tidak menunggu saja di sini bersamaku sampai mereka menaruh Cheese lagi di sini?”
“Karena,
kamu tidak memahaminya,” kata Haw. “Aku sebenarnya juga tidak ingin
kembali ke sana, namun sekarang aku sadar mereka tidak akan pernah
mengembalikan Cheese yang lalu ke sini. Inilah saatnya menemukan Cheese Baru.”
Hem membantah, “Tapi bagaimana jika di luar sana juga tidak ada Cheese? Atau kalaupun ada, tapi kamu tidak bisa menemukannya?”
“Aku
tak tahu, “ jawab Haw. Ia sudah menanyakan pertanyaan yang sama kepada
dirinya sendiri berkali-kali dan merasakan ketakutannya muncul kembali,
ketakutan yang membuat ia berada di tempat yang sama sampai saat ini.
Ia bertanya kepada dirinya sendiri, “Di manakah kesempatan yang lebih besar untuk menemukan Cheese, di sini atau di dalam Labirin?”
Ia membayangkan satu gambar dalam angannya. Ia melihat dirinya sendiri keluar dari Labirin dengan senyum di wajahnya.
Meskipun
gambaran itu mengejutkannya, namun hal itu membuatnya merasa lebih
baik. Ia melihat dirinya tersesat berkali-kali di dalam Labirin, namun
cukup percaya diri bahwa akhirnya ia menemukan Cheese Baru di luar sana bersamaan dengan hal-hal baik yang menyertainya. Ia mulai mengumpulkan keberaniannya.
Kemudian
ia mulai menggunakan imajinasinya untuk menggambarkan gambaran yang
paling ia yakini, dengan detail yang realistis, bahwa ia akan menemukan
dan menikmati rasa Cheese Baru.
Ia melihat dirinya sedang makan cheese Swiss yang berlubang-lubang, cheese Cheddar dan cheese Amrika yang berwarna oranye terang, cheese mozzarella dari Italia, dan lembutnya cheese Perancis Camembert, serta ….
Kemudian ia mendengar Hem mengatakan sesuatu, dan menyadari bahwa mereka masih di dalam Cheese Station C.
Haw
berkata, “Hem, kadangkala, sesuatu itu berubah dan mereka tidak akan
pernah sama lagi. Hal ini sama seperti yang terjadi dulu. Itulah hidup!
Kehidupan terus berjalan. Dan kita pun harus demikian.”
Haw
melihat pada rekannya yang diam saja dan mencoba menjelaskan
pemikirannya kepadanya, akan tetapi ketakutan Hem sudah berubah menjadi
kemarahan dan ia tidak lagi mau mendengarkan.
Haw tidak bermaksud menyinggung temannya, akan tetapi ia harus menertawakan betapa bodohnya mereka berdua.
Saat
Haw bersiap-siap untuk berangkat, ia mulai merasa lebih bergairah, tahu
bahwa akhirnya ia bisa menertawakan diri sendiri, merelakan dan
bergerak maju. Haw tertawa dan mengumumkan, “Inilah waktunya
ber-LABIRIN!”
Hem tidak tertawa dan juga tidak bereaksi.
Haw
mengambil batu kecil yang tajam dan menuliskan bahan untuk dipikirkan
oleh Hem di dinding. Sama seperti kebiasaannya, Haw bahkan menggambar Cheese di sekelilingnya, dengan harapan tulisan itu bisa membuat Hem tersenyum, tergugah dan mulai mengejar Cheese Baru. Akan tetapi Hem tidak ingin melihatnya.
Tertulis :Jika Anda Tidak Berubah, Anda Akan Punah.
Kemudian, Haw menjulurkan kepalanya keluar dan
mengintip dengan cemas kea rah labirin. Ia berpikir kenapa ia bisa
terjebak dalam situasi tanpa Cheese seperti ini.
Ia
pernah punya keyakinan bahwa bisa jadi di dalam sana tidak ada Cheese,
dan mungkin ia tidak akan pernah menemukannya. Keyakinan yang timbul
karena ketakutannya itu telah membekukan dan membunuhnya.
Haw tersenyum. Ia tahu Hem pasti sedang bertanya-tanya “Who Moved My Cheese?”, namun saat ini Haw sedang bertanya pula, “Mengapa aku tidak bangkit dan bergerak bersama Cheese lebih awal?”
Saat
ia mulai masuk ke dalam labirin, Haw menoleh lagi ke belakang, dan bisa
merasakan kenyamanannya. Ia bisa merasakan dirinya ditarik ke daerah
yang telah dikenalnya dengan baik, walaupun ia sudah lama tidak lagi
menemukan Cheese di sana.
Haw menjadi
lebih cemas dan bertanya-tanya apakah ia benar-benar ingin pergi ke
dalam labirin. Ia menuliskan pepatah di dinding yang ada di depannya dan
menatapnya beberapa saat :
Apa yang Akan Anda Lakukan Jika Anda Tidak Takut?
Ia
memikirkaannya. Ia tahu kadang rasa takut penting juga. Saat rasa takut
menyerang, segala sesuatunya akan menjadi semakin buruk jika kita tidak
berbuat sesuatu, sehingga hal itu bisa mendorong kita untuk melakukan
sesuatu. Namun, rasa takut tak akan berguna jika terlalu takut sehingga
Anda tidak berani melakukan apa pun.
Ia melihat ke sebelah kanannya, ke bagian labirin yang belum pernah dijelajahinya, dan rasa takutnya pun mulai menyerang.
Kemudian
ia mengambil napas dalam-dalam, berbelok ke kanan, masuk ke dalam
labirin, sambil berlari-lari kecil menuju ke tempat yang belum
diketahuinya.
Saat ia mencoba menemukan jalannya, pada mulanya Haw merasa khawatir, jangan-jangan ia sudah terlalu lama menunggu di Cheese Station C. Ia sudah lama tidak makan Cheese
yang membuat keadaannya saat ini lemah. Ia memerlukan waktu yang lebih
lama, dan lebih sulit untuk berjalan di dalam labirin dibanding dulu. Ia
memutuskan, jika ia mendapat kesempatan sekali lagi, ia akan keluar
dari zona kenikmatannya dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi
secepat mungkin. Hal itu akan membuat segalanya lebih mudah.
Kemudian Haw tersenyum simpul saat terlintas dalam pikirannya, “Lebih baik terlambat darripada tidak sama sekali.”
Selama beberapa hari Haw bisa menemukan sedikit Cheese di sini dan sedikit lagi di sana, namun jumlahnya tidak cukup banyak untuk bertahan lama. Ia berharap bisa menemukan Cheese
dalam jumlah cukup besar, sehingga bisa dibawa kembali ke tempat Hem
berada dan untuk membujuknya keluar dan kembali masuk ke dalam labirin.
Namun
saat ini Haw masih belum begitu percaya diri. Ia masih sering
kebingungan di dalam labirin. Banyak hal sudah berubah sejak terakhir
kali ia masuk ke sana.
Saat ia merasa sudah
mendapat kemajuan, tiba-tiba ia mendapati dirinya tersesat dalam
lorong-lorong labirin. Perkembangannya seperti maju dua langkah lalu
mundur lagi satu langkah. Itulah tantangannya, namun ia mengakui bahwa
kembali ke labirin, memburu Cheese, tidaklah seburuk yang ia takutkan sebelumnya.
Setelah lewat beberapa waktu, ia mulai bertanya-tanya, apakah cukup realistis jika ia berharap dapat menemukan Cheese
Baru. Apakah ia telah makan lebih dari yang bisa ia makan. Kemudian ia
tertawa, menyadari bahwa saat ini tak ada sesuatu yang bisa ia makan.
Setiap
kali ia merasa takut, ia mengingatkan diri sendiri akan apa yang sudah
ia lakukan, betapa tidak nyamannya saat itu, bahhwa keadaan saat ini
jauh lebih baik dibanding dengan keadaan tanpa Cheese untuk dimakan. Kini ia memegang kendali, tidak lagi pasrah pada keadaan.
Kemudian ia mengingatkan dirinya sendiri, jika Sniff dan Scurry saja bisa berjalan terus, tentu ia juga bisa!
Kemudian, saat Haw melihat kembali ke belakang, baru disadarinya bahwa lenyapnya Cheese di Cheese Station C tidaklah terjadi begitu saja seperti yang dipercayainya selama ini. Jumlah Cheese yang ada, memang semakin berkurang, dan yang tertinggal pun sudah tua. Yang rasanya sudah tidakk enak.
Bahkan jamur pun sudah bertumbuh di atas cheese-cheese
tua itu. Namun ia tidak begitu memperhatikan. Diakuinya juga, jika ia
menyempatkan diri memperhatikan hal-hal tersebut, pasti ia sudah bisa
menduga apa yang akan terjadi. Namun itu tidak ia lakukan.
Sekarang
Haw sadar bahwa perubahan tidak akan mengejutkannya jika ia selalu
memperhatikan kejadian-kejadian yang ada dan mengantisipasi perubahan
yang terjadi. Mungkin itulah yang telah dilakukan oleh Sniff dan Scurry.
Ia
memutuskan untuk lebih waspada mulai sekarang. Ia akan menyongsong
perubahan yang dating dan mengatasinya. Ia akan lebih memperhatikan
nalurinya untuk merasakan saat perubahan akan terjadi dan mempersiapkan
diri untuk menyesuaikan diri. Ia berhenti untuk beristirahat dan menulis
di dinding Labirin :
Ciumlah Cheese Sesering Mungkin Sehingga Anda Tahu Saat Ia Mulai Membusuk.
Beberapa waktu kemudian, sesudah sekian lama tidak juga menemukan Cheese, Haw menemukan sebuah Cheese Station besar yang tampak menjanjikan. Namun saat ia masuk ke dalamnya, ia sangat kecewa ternyata kosong.
“Perasaan
kosong ini sudah sering aku rasakan, “ pikirnya. Ia merasa putus asa
dan ingin menyerah saja. Kakuatan Haw jauh menurun. Ia tahu ia tersesat
dan takut kalau tidak bisa bertahan hidup. Ia berpikir untuk berbalik
arah dan kembali ke Cheese Station C. Paling tidak jika ia
kembali, dan Hem masih ada di sana, ia tidak akan sendirian. Kemudian ia
menanyakan pertanyaan yang sama lagi, “Apa yang akan saya lakukan jika
saya tidak takut?”
Haw merasa bahwa ia sudah
bisa mengatasi rasa takutnya, namun sebenarnya ia lebih sering merasa
takut dibandingkan keberanian yang ia akui, bahkan pada dirinya
senndiri. Ia tidak selalu begitu yakin akan penyebab rasa takut itu,
namun, dalam kondisi yang semakin lemah, ia tahu bahwa sebenarnya ia
takut pergi sendiri. Haw tidak mengetahuinya, hal itu terjadi karena
rasa takut yang ditimbulkan oleh berbagai macam kepercayaan yang
diyakininya lebih mendominasi dirinya.
Haw
bertanya-tanya apakah Hem juga sudah mulai bergerak, atau masih
terbelenggu oleh ketakutan-ketakutannya. Kemudian Haw ingat masa-masa
terbaiknya saat berada di tengah belantara labirin. Yaitu saat ia terus
bergerak.
Ia menulis lagi di dinding, karena
tulisannya lebih merupakan pengingat bagi dirinya sendiri disbanding
sebagai petunjuk jalan bagi temannya, si Hem, dengan harapan akan
diikuti :
Gerakan ke Arah Baru Membantu Anda Menemukan Cheese Baru.
Haw
melihat jauh ke jalan setapak yang gelap dan ia sadar kalau ia takut.
Apa yang ada di depan sana? Apakah kosong? Atau bahkan lebih buruk lagi,
ada bahaya mengancam? Ia mulai membayangkan hal-hal yang menakutkan
yang bisa terjadi pada dirinya. Ia membuat dirinya sendiri ketakutan
setengah mati.
Kemudian ia tertawa sendiri. Ia
sadar bahwa rasa takut akan membuat keadaan menjadi bertambah buruk.
Maka ia pun melakukan apa yang akan ia lakukan jika ia tidak takut. Ia
bergerak kea rah yang baru.
Saat ia mulai
berlari memasuki lorong yang gelap itu, ia pun tersenyum. Ia tidak
menyadari sebelumnya, namun ia menemukan hal yang menyejukkan jiwanya.
Ia merelakan yang telah terjadi dan mempercayai apa yang ada di
depannya, meskipun ia tak tahu apa yang menantinya di depan sana.
Di
luar perkiraannya, ia mulai menikmati apa yang dilakukannya. “Mengapa
aku merasa sangat senang?” pikirnya keheranan. “Aku tidak punya Cheese secuil pun dan tak tahu akan kemana.”
Segera setelah itu, ia tahu apa yang membuatnya bahagia. Ia berhenti dan menulis lagi di dinding :
Saat Anda Meninggalkan Rasa Takut di Belakang, Anda Akan Merasa Bebas.
Haw
menyadari bahwa dirinya telah terbelenggu oleh rasa takutnya sendiri.
Bergerak menuju arah yang berbeda telah membebaskannya.
Sekarang
ia bisa merasakan tiupan angina dingin yang menyegarkan di bagian
labirin tersebut. Ia mengambil napas panjang beberapa kali dan merasakan
energi baru mengalir ke dalam tubuhnya. Begitu ia bisa mengatasi rasa
takutnya, ternyata berada di labirin terasa lebih menyenangkan, berbeda
dengan yang dulu dipercayainya.
Sudah lama Haw tidak merasakan hal seperti itu. Bahkan ia sudah hampir lupa betapa menyenangkannya mengejar Cheese itu.
Agar
segalanya menjadi lebih baik, Haw mulai melukis gambar angan-angannya
lagi. Ia melihat dirinya secara utuh sedang duduk di tengah tumpukan Cheese kesukaannya, baik Cheddar maupun Brie! Ia melihat dirinya makan cheese
favoritnya sebanyak ia mau, dan ia menikmati pemandangan yang
dilihatnya. Kemudian ia membayangkan bagaimana puasnya ia bisa merasakan
rasa cheese yang enak-enak itu.
Semakin jelas ia melihat bayangan dirinya menikmati Cheese
Baru, semakin nyata dan yakin bahwa hal itu bisa didapatkannya. Ia bisa
merasakan bahwa ia akan memperoleh semuanya. Ia lalu menulis :
Membayangkan Diriku Sendiri Sedang Menikmati Cheese Baru, Bahkan Sebelum Aku Menemukannya, Telah Mengarahkan Aku Kepadanya.
Haw tidak lagi berpikir tentang kerugian yang bakal ia derita, sebagai gantinya ia memikirkan tentang apa yang akan ia peroleh.
Ia
terheran-heran mengapa sebelumnya ia selalu berpikir bahwa perubahan
akan selalu berakibat buruk. Sekarang ia menyadari bahwa perubahan bisa
mengarah ke sesuatu yang lebih baik.
“Mengapa aku tidak bisa melihat hal ini sebelumnya?” tanyanya pada diri sendiri.
Dan
kemudian ia pun berlari sepanjang labirin dengan kekuatan dan semangat
yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Tak lama kemudian ia menemukan Cheese Station dan sangat gembira ketika melihat ada sepotong Cheese Baru terlihat di dekat pintu masuk.
Ada berbagai jenis Cheese yang belum pernah ia lihat sebelumnya, namun semuanya kelihatan enak. Ia mencoba dan ternyata memang enak.
Ia memakan hampir seluruh Cheese
Baru yang ada dan menyimpan sedikit di kantongnya untuk dimakan
kemudian atau bahkan untuk dibagikan kepada Hem. Kekuatannya pun mulai
pulih.
Ia memasuki Cheese Station Baru
itu dengan penuh kegembiraan. Namun, ternyata di dalamnya kosong,
sungguh mengecewakan. Seseorang sudah lebih dulu menghabiskan Cheese di situ dan hanya meninggalkan kepingan-kepingan kecil Cheese Baru.
Ia menyadari bahwa jika saja ia bergerak lebih cepat, ia akan menemukan banyak Cheese Baru di sini.
Haw
memutuskan untuk kembali dan akan melihat apakah Hem sudah siap untuk
bergabung. Saat ia berbalik ke jalan yang pernah dilewatinya, ia
berhenti dan menulis di dinding :
Semakin Cepat Anda Melupakan Cheese Lama, Semakin Cepat Pula Anda Menemukan Cheese Baru.
Beberapa saat kemudian Haw kembali ke Cheese Station C dan menemukan Hem di sana. Ia menawarkan sepotong Cheese baru, namun ditolak.
Hem menghargai tawaran temannya itu, namun katanya, “Kupikir aku tidak akan suka
Cheese Baru. Itu bukan yang biasa aku makan. Aku ingin Cheese-ku kembali dan aku tidak akan berubah sampai aku dapatkan yang aku mau.”
Haw
hanya bisa menggelengkan kepalanya, kecewa dan dengan enggan kembali
keluar seorang diri. Saat ia telah kembali di ujung tempat terjauh yang
pernah ia jelajahi, ia pun merasa kehilangan teman, namun menyadari ia
menyukai apa yang sedang ditemukannya. Bahkan sebelum menemukan
impiannya, persediaan Cheese Baru yang banyak, jika ada, ia tahu bahwa yang membuatnya bahagia bukanllah hanya memiliki Cheese.
Ia bahagia karena tidak dikejar-kejar oleh rasa takutnya. Ia menyukai apa yang sedang ia lakukan sekarang.
Menyadari hal ini, Haw tidak lagi merasa selemah saat ia masih tinggal di Cheese Station C tanpa Cheese.
Kesadaran bahwa ia tidak akan membiarkan rasa takutnya menghentikannya
dan bahwa ia sekarang menuju kea rah baru membuat Haw bersemangat dan
merasa kuat.
Sekarang ia merasa bahwa tinggal
menunggu waktu saja sebelum ia menemukan yang ia butuhkan. Bahkan ia
sudah bisa merasakan ia telah menemukan apa yang ia cari. Ia tersenyum
saat menyadari :
Jauh Lebih Aman Pergi Mencari Cheese di Labirin di Banding Tetap Bertahan dalam Keadaan Tanpa Cheese.
Haw
kembali menyadari, seperti yang pernah ia rasakan sebelumnya, yaitu
bahwa apa yang kita takutkan tidaklah seburuk yang kita bayangkan.
Ketakutan yang kita biarkan berkembang dalam pikiran kita jauh lebih
buruk daripada kenyataan sebenarnya.
Ia pernah sangat takut kalau-kalau tidak bisa menemukan Cheese lagi, dan oleh karenanya ia takut untuk mulai mencari. Namun sejak ia memulai perjalanannya ia menemukan cukup banyak Cheese
di lorong-lorong untuk membantunya bertahan. Dan sekarang ia berencana
untuk mendapatkan lebih banyak lagi. Hanya berencana saja sudah
membuatnya bergairah.
Pemikirannya di masa lalu telah tertutup oleh awan kecemasan dan ketakutannya. Ia pernah berpikir akan kekurangan Cheese, atau Cheese-nya
tidak bisa bertahan lama. Ia juga lebih banyak berpikir tentang akibat
buruk apa yang akan terjadi dibandingkan, kebaikan apa yang bisa ia
peroleh. Namun hal itu sudah berubah saat ia meninggalkan Cheese Station C.
Ia pernah punya keyakinan bahwa Cheese sebaiknya tidak boleh dipindahkan dan perubahan adalah sesuatu yang salah.
Saat
ini ia menyadari bahwa perubahan akan selalu terjadi, baik kita
mengharapkannya atau tidak. Perubahan hanya bisa mengagetkan kita jika
kita tidak mengharapkannya dan tidak memperkirakannya. Saat menyadari
bahwa keyakinannya telah berubah, ia berhenti untuk menulis di dinding :
Keyakinan Lama Tidak Akan Membawa Anda Kepada Cheese Baru.
Haw belum lagi menemukan Cheese, namun saat ia berlarian di dalam Labirin, ia memikirkan pelajaran-pelajaran yang ia dapatkan.
Haw
sekarang sadar bahwa keyakinan barunya membentuk perilaku yang baru
pula. Tindakannya saat ini sangat berbeda dengan apa yang ia lakukan
saat masih bolak balik ke station cheese yang kosong dulu.
Ia tahu saat Anda mengubah keyakinan anda, tindakan Anda pun berubah.
Bisa
saja Anda percaya bahwa perubahan akan mencelakakan Anda sehingga Anda
menolaknya. Namun bisa pula Anda berkeyakinan bahwa menemukan Cheese
Baru akan sangat membantu Anda, oleh karena itu Anda menyambut
perubahan yang terjadi. Itu semua tergantung dari pilihan keyakinan
Anda. Ia menulis di dinding :
Saat Anda Sadarr Bahwa Anda Bisa Menemukan Cheese dan Menikmati Cheese Baru, Anda Akan Mengubah Haluan.
Haw mengakui jika saja ia lebih cepat menggatasi perubahan yang terjadii dan meninggalkan Cheese Station C
dari awal, mungkin keadaannya sudah lebih baik. Ia akan merasa lebih
kuat dan sehat lahir batin serta siap menghadapi tantangan pencarian Cheese
Baru. Bahkan, mungkin ia sudah menemukannya sekarang jika saja ia siap
mengantisipasi perubahan, daripada membuang waktu untuk menyangkal bahwa
perubahan sudah datang.
Ia menggunakan imajinasinya lagi dan melihat dirinya telah menemukan Cheese
Baru dan sedang menikmatinya. Ia memutuskan untuk terus menjelajahi
bagian-bagian yang belum diketahuinya di dalam Labirin, dana menemukan
sedikit Cheese di sana-sini. Haw pun mulai mendapatkan kembali kekuatan dan kepercayaan dirinya.
Saat
ia memikirkan tempat asalnya dulu, Haw merasa gembira karena telah
menulisi dinding labirin di beberapa tempat. Ia yakin tulisan-tulisan
itu bisa menjadi petunjuk jalan bagi Hem, jika ia memutuskan untuk
meninggalkan Cheese Station C.
Haw
hanya berharap ia menuju ke arah yang benar. Ia memikirkan tentang
kemungkinan Hem membaca Tulisan Tangan di Dinding dan menemukan
jalannya. Ia menulis di dinding, suatu hal yang telah berulang kali
dipikirkannya :
Memperhatikan Perubahan-perubahan Kecil Sejak Awal Akan Membantu Anda Menyesuaikan Diri Terhadap Perubahan Besar yang Akan Muncul.
Saat
ini, Haw telah bisa melupakan masa lalu dan mennyesuaikan diri dengan
situasi sekarang. Ia meneruskan pencariannya di dalam labirin dengan
kekuatan dan kecepatan yang terus bertambah. Dan tak lama kemudian,
terjadilah.
Saat ia merasa bahwa ia akan
terjebak dalam labirin selamanya, perjalanannya – atau setidaknya
perjalanannya saat ini – berakhir dengan cepat dan menggembirakan. Haw
menyusuri sebuah lorong yang belum pernah dimasukinya, berbelok dan ia
menemukan Cheese Baru di Cheese Station N!
Saat ia masuk, pemandangan di depannya membuatnya sangat terkejut. Tumpukan Cheese tampak ada di mana-mana, benar-benar persediaan Cheese terbesar yang pernah dilihatnya. Tidak semua Cheese dikenalnya, karena beberapa di antara Cheese tersebut ada yang baru pertama kali ini dilihatnya.
Untuk
sesaat ia bertanya-tanya apakah ini benar-benar tejadi atau hanya
khayalannya saja, sampai ia melihat dua teman lamanya Sniff dan Scurry.
Sniff menyembutnya dengan anggukan kepala dan Scurry melambaikan
cakarnya. Perut mereka yang membuncit menunjukkan bahwa mereka sudah
cukup lama di sana.
Haw dengan cepat membalas salam itu dan segera mencicipi semua Cheese
kesukaannya. Ia melepas sepatu larinya, mengikat kedua talinya dan
mengalungkannya di leher. Sniff dan Scurry tertawa. Mereka menganggukkan
kepala tanda setuju. Kemudian Haw menerjang Cheese Baru. Saat ia sudah kenyang, diangkatnya sepotong Cheese segar dan bersulang, “Selamat untuk Cheese!”
Saat Haw menikmati Cheese-nya,
ia mengingat-ingat kembali pelajaran yang diperolehnya. Ia sadar saat
ia merasa takut berubah ia terbelenggu oleh bayangan meengenai Cheese Lama yang sebetulnya sudah tidak ada lagi.
Jadi
apa yang membuatnya berubah? Apakah rasa takut akan mati kelaparan? Haw
tersenyum, karena hal semacam itu kadang bisa membantu juga. Kemudian
ia tertawa dan menyadari baha ia mulai berubah saat ia belajar untuk
mentertawakan dirinya sendiri atas kesalahan yang ia lakukan. Ia sadar
bahwa cara tercepat untuk berubah adalah dengan menertawakan kebodohan
diri sendiri – sehingga kita bisa merelakan, melupakan dan dengan cepat
mulai bergerak.
Ia tahu, ia telah belajar hal
yang sangat berguna dari rekan tikusnya, Sniff dan Scurry. Mereka
membuat hidup ini sederhana. Mereka tidak melakukan analisa mendalam dan
memperumit masalah. Saat situasi berubah dan Cheese dipindahkan, mereka berubah dan bergerak mengikuti Cheese. Ia akan mengingat hal itu.
Haw
juga menggunakan otaknya yang luar biasa untuk melakukan hal yang bisa
diilakukan lebih baik oleh kurcaci dibandingkan tikus. Ia membayangkan
dirinya – dengan detail yang sangat nyata – sedang menemukan sesuatu
yang lebih baik – jauh lebih baik. Ia mengingat kembali
kesalahan-kesalahan yang dibuatnya dimasa lalu dan menggunakannya untuk
merencanakan masa depannya. Ia tahu bahwa kita bisa belajar untuk
mengatasi perubahan.
Anda bisa menjadi lebih
sadar untuk tetap menyederhanakan segala sesuatunya, menjadi lebih luwes
dan bergerak cepat. Anda tidak perlu memperumit permasalahan atau
membingungkan diri sendiri dengan berbagai keyakinan-keyakinan lama.
Anda sebaiknya memperhatikan perubahan-perubahan kecil yang terjadi
sehingga saat perubahan besar dating Anda sudah siap.
Ia
tahu bahwa ia harus segera menyesuaikan diri, karena jika Anda tidak
segera beradaptasi, bisa jadi Anda tidak akan pernah bisa menyesuaikan
diri. Ia juga menyadari bahwa halangan terbesar untuk berubah terletak
di dalam diri sendiri, dan masalahnya tidak akan membaik jika Anda tidak
berubah.
Mungkin yang paling penting adalah selalu ada Cheese
Baru di luar sana baik kita sadari atau tidak. Dan kita baru bisa
mendapatkannya jika kita bisa mengatasi rasa takut dan menikmati
petualangannya.
Ia tahu rasa takut itu
penting, karena akan menjauhkan kita dari bahaya. Namun ia menyadari
sebagian besar ketakutannya tidak masuk akal dan menghalanginya untuk
berubah saat diperlukan. Saat itu ia tidak menyukai perubahan, namun
ternyata perubahan tersebut menjadi suatu karunia yang mengantarkannya
menemukan Cheese yang lebih baik. Bahkan ia menemukan bagian dirinya yang lebih baik juga.
Saat
Haw mengingat-ingat hal yang telah dipelajarinya, ia teringat temannya
Hem. Ia bertanya-tanya apakah Hem sudah membaca pesan-pesan yang ia
tuliskan di dinding Cheese Station C dan Labirin. Apakah Hem
sudah memutuskan untuk merelakan dan mulai bergerak? Apakah ia telah
masuk ke dalam Labirin dan menemukan hal-hal yang membuat hidupnya lebih
baik? Ataukah Hem tetap saja membatu karena ia tidak mau berubah?
Haw berpikir untuk kembali lagi ke Cheese Station C untuk melihat apakah Hem masih ada di sana – dengan asumsi ia masih bisa mengingat jalan kembali. Jika ia menemukan Cheese
di sana, ia mungkin bisa menunjukkan cara bagaimana ia bisa keluar dari
kesulitan yang dihadapinya. Namun Haw juga sadar bahwa ia sudah pernah
mencoba untuk membuat temannya itu berubah.
Hem
harus bisa menemukan jalannya sendiri, keluar dari rasa nyamannya dan
mengatasi rasa takutnya. Tak ada seorang pun yang bisa melakukan hal itu
untuknya atau membujuknya. Ia harus bisa melihat keuntungan dari
perubahan yang terjadi bagi dirinya. Haw tahu bahwa ia sudah
meninggalkan petunjuk jalan bagi Hem dengan itu pasti ia bisa menemukan
jalan, yang diperlukan hanya membaca Tulisan Tangann di Dinding.
Ia menghentikan lamunannya dan menuliskan ringkasan pelajaran yang diperolehnya di dinding terbesar di Cheese Station N. Digambarnya potongan Cheese yang besar di sekeliling kebenaran-kebenaran yang diperolehnya dan ia tersenyum saat ia melihat apa yang telah didapatkan.
Haw tahu ia telah banyak berubah sejak terakhir kali ia bersama Hem di Station Cheese C,
namun ia juga sadar bahwa dengan mudah ia bisa kembali kekebiasaan lama
jika ia merasa terlalu nyaman. Oleh karena itu, setiap hari ia
memeriksa Cheese Station N untuk melihat keadaan Cheese-nya. Ia akan melakukan segalanya agar perubahan tidak lagi mengejutkannya.
Meskipun Haw mempunyai persediaan Cheese
yang sangat banyak, ia masih sering menjelajahi labirin dan mendatangi
daerah-daerah baru, sehingga ia akan tetap tahu apa yang terjadi di
sekitarnya. Menurutnya jauh lebih aman jika ia menyadari pilihan-pilihan
yang ada di depannya dibandingkan mengunci diri dalam zona
kenyamanannya sendiri.
Kemudian, Haw mendengar
suara yang menurutnnya berasal dari dalam labirin. Suara rebut itu
semakin keras terdengar, ia sadar bahwa seseorang sedang menuju ke sana.
Hemkah yang dating? Diakah yang akan muncul di belokan sana? Haw berdoa
singkat dan berharap – seperti yang sering ia lakukan selama ini –
bahwa mungkin, akhirnya, temannya mampu untuk …
Bergerak Bersama Cheese dan Menikmatinya !
Akhirnya, yang manakah tokoh yang mencerminkan diri anda? Sniff, Scurry, Hem atau Haw?
1 komentar:
kangen x sayang,,
:"(
Posting Komentar